Sebenarnya ini hanya sebuah akronim saja, tapi juga berarti sindiran bagi perusahaan yang tidak menerapkan safety (K3 / Keselamatan Kerja dan Kesehatan) secara standar kerja nasional (UU Pemerintah RI No. 1 1970) atau aturan dari beberapa departemen yang terkait sesuai bidang perusahaan itu jalani, atau peraturan yang berkaitan dengan resiko yang bakal dialami oleh pekerja dan lingkungannya.
Seringkali banyak perusahaan akibat terbatasnya bujet untuk alat K3 (terutama untuk PPE/Personal Protective Equipment) mereka beralih ke alat K3 yang tidak standar, sehingga akronim ini sering muncul ketika ditanya standar safety apa yang anda pakai? Apakah SII (Standar Industri Indonesia), ANSI (American National Standards Institute), CE (Conformité Européenne), ANZSIC (Australian New Zealand Standards Industrial Classification), atau bahkan JIS (Japan Industrial Standards). Yang jelas standar yang disebutkan oleh penulis memang sudah terkenal dalam patokan alat-alat yang dipakai dalam standar industri atau kerja di Indonesia.
Ini memang terjadi, walaupun si-pemakai (user) tahu kalau standar yang dipakai sama sekali tidak memenuhi sandar, tapi karena budjet memang minim, perusahaan sengaja “meng-cut” bujet K3, nah perusahaan dengan kebiasaan seperti ini sering diakronimkan dengan perusahaan “safety by budget”, walaupun memang tidak ada namanya standar dengan bujet (hanya akronim).
Bagaimana perusahaan dengan kategori “safety by standar”, perusahaan dengan kategori seperti ini tidak akan segan-segan dalam penggelontoran atau pendanaan untuk kegiatan safety mereka sesuai standar safety mereka, baik standar Negara asal (apabila perusahaan asing) ataupun standar nasional, tapi kebijakannya tergantung principal mereka, bahkan ada perusahaan nasional dengan standar safety asing, karena mereka memakai jasa sumber daya manusia ekspat (orang asing) atau pun karena mereka bekerja dilingkungan lingkup perusahaan asing, tapi ada juga bebarapa perusahaan local yang memang benar-benar sudah menerapkan K3 secara proporsional.
So, pilihan sebenarnya ditangan pemangku kebijakan pada perusahaan, apakah “safety equipment” yang akan dipakai hanya sekedar pemantas saja (agar kelihatan aman) atau memang K3 sudah menjadi habit serta kebiasaan perusahaan.
Argo Muhardito