Selasa, 11 Mei 2010

Kembali Ke Produk Dalam Negri


Tulisan ini saya tulis bukan untuk menyinggung bagi anda yang sering memakai produk import, tapi semata-mata hanya untuk menginformasikan pada kawan-kawan sesama pengguna internet tentang kondisi yang dialami oleh bangsa kita sekarang.

Oke balik lagi ke-topik kita sebelumnya, kondisi resesi global saat ini benar-benar membuat industri di Indonesia sedang benar-benar terpojok, terutama apa industri yang tentunya yang selalu mengandalkan order atau pesanan dari luar negri, di negri kita ini ternyata banyak lho merek-merek produk dunia di buat di sini, saya benar-benar tidak menyangka, garment, sepatu, otomotif, besi, baja, dan lain-lain.

Simplenya begini, pada saat resesi global nah orderan itu sepi atau mengurangi bahkan ada yang di-stop lho. Wah gawat kan, padahal industri tersebut mempunyai karyawan atau pekerja yang banyak ya ujung-ujungnya apa, ya phk dong. Kondisi ini yang sebenarnya terjadi di Indonesia terus apa hubungannya dengan artikel saya ini, ya sangat lah berhubungan sebenarnya industri di Indonesia terutama industri yang saya sebutkan diatas itu kurang berani untuk melempar produk-produk mereka ke dalam negri, kebanyakan dari mereka mengandalkan orderan luar negri karena omzet dan untung yang sangat besar, ya wajar kan siapa sih yang ga mau untung gede, hari gini lho boss.


Mereka sebenarnya lupa bahwa pangsa pasar di Indonesia itu gede banget, bayangkan kita ambil buyer kita adalah masyarakat di kota untuk industri sepatu, berapa banyak kota-kota di Indonesia, banyak kan, terus jumlah penduduknya, dikali sama berapa pasang sepatu yang mereka butuhkan, banyak kan ga kebayangkan. belum yang penduduk yang dipelosok pedesaan.


Solusi begini bos, kalo masalah keuntungan lebih baik kita sisingkan dulu deh, tapi yang baik adalah bagaimana penyerapan pasar di negri kita, riset perlu juga tuh, saya sendiri bisa juga kok ngerisetnya, maklum skripsi kemaren masih inget.


Kita kategorikan pasar produk kita dengan segmen konsumsi dalam artian begini bahwa orang yang mengkonsumsi produk ini adalah masyarkat umum, ga termasuk industri lho,

Contoh : baju yg kita pakai kan barang konsumsi semua orang butuh baju, sepatu juga ya balik lagi kita ke sepatu, apalagi mungkin makanan juga masuk.


Nah untuk menyerap pasar sesuaikan dengan budjet konsumen kita, kalo konsumen kita orang atas ga masalah kita tingkatkan kualitas produk dengan harga yg mahal, kata n’cik2 diglodok sih bilang “harga ga bo’ong”, bener juga, tapi untuk budjet yang terbatas bikin kualitas produk ya jangan yg low quality klo bisa disebut premium quality, ga usah kita ambil banyak untung disegmen ini, karena harga ngaruh banget untuk segmen terutama menengah ke bawah, ga apa kita untung dikit yang penting berkelanjutan philosophy ngkoh diglodok tuh, emang deh orang cina saya akui top deh untuk urusan bisnis mereka.


Walaupun bagaimana mungkin ide saya ini sudah banyak yang mengeluarkan atau diungkapkan, tapi yang saya lihat dan alami baru dikit ya industri yang berpaling ke segmen dalam negri.

Karena begini saya merasa adanya diskriminasi kualitas produk lho, kenapa yg dibilang bagus harus kualitas export, sni buat apa coba.

Emang apa sih standar yang dibilang bagus. Ada ga sih uji2 produk baru baru dibilang kualitas ini SNI, ada mungkin kale mungkin saya aja yang ga tau.

Cuma dari sini dengan adanya standar ini bisa juga daya tarik bagi produk2 untuk pasar dalam negri. Yang standarisasinya ga disalah gunakan, dalam artian begini dengan adanya SNI kita sebagai masyarakat tau bagaimana produk itu berkualitas, sekaligus juga orang standar SNI ngecek barang yg udah beredar dipasar pada udah standar blom.

Saya berharap semuanya sih industri,pemerintah dengan kebijakan dan aparaturnya, dan masyarakat semua agar berpihak lah pada produk dalam negri.

Hidup Indonesia


ditulis : argo muhardito

gambar : dari berbagai sumbaer

1 komentar:

  1. Selamat Menulis ya..^^N mari kita perkaya diri dari informasi dan knowledge yg terus berkembang..keep on spirit n Learning teruusss y..

    BalasHapus